Selasa, 06 Oktober 2015

Prof. Syafa’atun Almirzanah, Ph.D., D. Min. mengatakan, keberhasilan rekayasa genetika melalui teknologi cloning oleh Ian Wilmut terhadap Domba yang kemudian diberi nama Dolly, itu berarti terobosan dalam dunia kedokteran terjadi. Terobosan cloning Domba bernama Dolly ini membawa kemungkinan terhadap penelitian stem cell, yang pada tahun 2001 berhasil menciptakan embryo pertama manusia melalui teknologi cloning. Keberhasilan perusahaan swasta, Advanced Cell Technologies dalam mengcloning embryo manusia yang tidak menghasilkan bayi, tetapi hanya untuk kepentingan therapeutic bidang kedokteran ini ini menyisakan kontroversi dan kegelisahan para pemimpin dunia dan para pemimpin agama-agama. Ada yang merespon positis, ada yang melarang. Dalam kongres di Amerika misalnya terbit peraturan yang melarang nonreproductive cloning. Parleman Amerika tegas melarang, tetapi mayoritas senator mengijinkan. Sementara Presiden Amerika, George W. Bush kala itu, tegas melarang terutama berkaitan dengan dana penelitian. Sementara di kalangan agamawan, misalnya, keberhasilan ini ditentang kaum Yahudi dan kebanyakan penganut kristiani di seantero dunia. Mensikapi hal ini, Prof. Syafa’atun Almirzanah mengatakan, agama-agama hendaknya selalu merespon dan memberi arahan terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan ternologi seperti teknologi cloning. Kerena campur tangan agama-agama akan membuat setiap penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi akan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia, bukan untuk kesombongan, sekedar melakukan karena memungkinkan diciptakannya, dan bisa jadi penciptaaanya justru akan menghancurkan eksistensi manusia dan alam ini.
Hal tersebut disampaikan Syafa’atun dalam orasi ilmiahnya, saat dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang “Studi Agama-Agama” UIN Sunan Kalijaga, di Gedung Multipurpose, Selasa, 29 September 2015. Orasi ilmiah Prof. Syafa’atun ini menjadi puncak acara mensyukuri kelahiran UIN Sunan Kalijaga yang ke 64 tahun, setelah kampus putih ini menggelar berbagai agenda acara. Prof. Syafa’atun merupakan Guru Besar ke 60 UIN Sunan Kalijaga, dan Guru besar ke 34 UIN Sunan Kalijaga yang masih aktif. Dalam orasinya, lebih lanjut Prof. Syafa’atun memaparkan, semua agama yang mengajarkan spiritualitas, telah memberikan penjelasan yang komprehensif dan luar biasa mengenai kepercayaan dan pengalaman spiritual yang dapat meningkatkan perubahan di dalam otak kita dan dapat menghasilkan kesehatan serta hidup lebih baik. Oleh karenanya science dan agama dapat berhubungan lebih dekat, saling menyapa, untuk menghasilkan kualitas kehidupan di bumi ini semakin baik., membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi umat manusia.
Menurut Syafa’atun para ilmuwan memang punya kebebasan, kewajiban dan tanggungjawab untuk terus melakukan riset yang menghasilkan sesuatu menjadi semakin sempurna. Sebagai manusia, ilmuwan adalah partner Tuhan yang harus terlibat dalam penemuan ilmu pengetahuan dan penciptaan teknologi, untuk membuat bumi ini semakin sempurna. Namun di sisi lain, para Nabi utusan Tuhan dari semua agama punya posisi lebih tinggi dari para ilmuwan. Kaum agamawan, sebagai wakil para Nabi era kini, hendaknya aktif dan kreatif melakukan interaksi terhadap setiap perkembangan dunia yang dahsyat ini. Ini adalah essensi dari iman, kata Syafa’atun.
Sementara, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya untuk tujuan kemudahan bidang kesehatan, hendaknya juga tetap berpijak pada pertimbangan etik, moral dan nilai-nilai agama. Misalnya, pertimbangan, masih pantaskan mengeluarkan dana sangat besar untuk membiayai riset terapi medis baru, sementara di sekeliling kita masih banyak orang kelaparan yang membutuhkan uluran tangan untuk menolong mereka. Kita memang menghargai keinginan untuk mencapai dan mempertahankan derajad kesehatan yang terbaik. Akan tetapi usaha ini harus dicapai dengan cara-cara yang etis, bermoral dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Kontroversi-kontroversi seperti ini membutuhkan uluran tangan kaum agamawan agar dicapai keseimbangan tujuan dari setiap penemuan ilmu pengetahuan dan penciptaan teknologi, kata Prof. Syafa’atun.
Di akhir pidatonya, Prof. Syafa’atun manyampaikan, hidup berbagi menjadi pelajaran berharga bagi dirinya. Menurutnya, dengan selalu hidup berbagi akan menjadikan kehidupan ini semakin membahagikan.
Sementara Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. H. Machasin, dalam sambutannya antara lain menyampaikan, kilas balik berdirinya IAIN Sunan Kalijaga, yang kini telah menjadi UIN Sunan Kalijaga. UIN Sunan Kalijaga dimulai dari diresmikannya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) 26 September 1951, berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 34 Tahun 1950. Secara operasional penyelenggaraan PTAIN diatur dalam peraturan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI tanggal 21 Oktober 1951. Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1960, tanggal 9 Mei 1960, PTAIN berubah menjadi IAIN. Dan Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 26 Tahun Tahun 1965, IAIN di Yogyakarta ini diberi nama IAIN Sunan Kalijaga. Salah seorang Wali Sanga, penyebar agama Islam di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. 2004, IAIN Sunan Kalijaga bertranformasi menjadi UIN Sunan Kalijaga berdasarkan Keppres Nomor 50 Tahun 2004, tanggal 21 Juni 2004.
Peringatan dies Natalis ke 64 tahun ini, dapat dijadikan momentum untuk bersyukur, sekaligus merefleksi. Bersyukur karena umat Islam di Indonesia yang terbesar ini diberi anugerah oleh Allah SWT berupa lembaga pendidikan tinggi Islam tersendiri, yang sudah lama dipikirkan oleh founding fathers Republik ini jauh sebelum Indonesia merdeka. Lembaga pendidikan tinggi Islam yang sejak berdirinya hingga sekarang terus berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melakukan fungsinya transfer ilmu-ilmu keislaman, memelihara tradisi Islam dan melahirkan ulama. Basic philosophi ini pulalah yang menjadi dasar proses transformasi IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN, dalam rangka mengembangkan paradigma integrasi-interkoneksi antara ilmu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman demi memberikan kontribusi yang lebih berarti bagi kemajuan dan kejayaan peradaban manusia.
Menurut Machasin, mensyukuri kelahiran UIN Sunan Kalijaga ke 64 tahun ini, penting untuk mengenang peran dan jasa para pemimpin institusi ini sejak berdiri. Dari era kepemimpinan Rektor I, Moh. Adnan, disusul Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya, Prof. R.H.A. Soenarjo, SH., Kol. Drs. H. Bakri Syahid, Prof. Drs. H. Mu’in Umar, Prof. Dr. H. Simuh, Prof. Dr. H. M. Atho’ Mudzhar, Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah, Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, Ph.D., yang karena masalah kesehatan tidak dapat melanjutkan tugas hingga akhir periode, dan sejak tanggal 8 September 2015, Menteri Agama RI telah memberikan amanat kepada kami (Prof. Machasin-red) untuk melaksanakan tugas jabatan sebagai pengganti sementara. Kita patut menyapaikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada tokoh-tokoh perintis, pendiri dan pengembang institusi pendidikan tinggi Islam tertua di negeri ini, yakni UIN Sunan Kalijaga, Kata Machasin.
Ke depan, harus disadari, tugas dan tantangan untuk mengembangkan UIN Sunan Kalijaga semakin berat. Mengingat kompetisi antar perguruan tinggi yang semakin tajam dan tantangan lingkungan eksternal yang semakin kompleks.. Dalam jangka panjang, kebijakan, strategi, program dan kegiatan akan diarahkan pada terwujudnya Perguruan Tinggi Taraf Dunia. Seluruh Perguruan Tinggi di tanah air, termasuk di dalamnya UIN, IAIN, dan STAIN berada pada gelombang dan frekwensi yang sama dalam semangat mewujudkan dirinya sebagai World Class University, tegas Machasin. (Weni Hidayati-Humas UIN Sunan Kalijaga).

sumber : http://uin-suka.ac.id/page/berita/detail/1074/agama-agama-harus-selalu-merespon-setiap-perkembangan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi

FAKULTAS 
  1. Sains dan Teknologi
  2. Ushuluddin dan Pemikiran Islam
  3. Syari'ah dan Hukum
  4. Dakwah dan Komunikasi
  5. Adab dan Ilmu Budaya


Senin, 05 Oktober 2015

apakah socrates nabi?


sumber gambar dapat dilihat di sini

APAKAH SOCRATES NABI?
Apakah Socrates Nabi Saw? Itu adalah pertanyaan yang selama ini selalu mengendap dalam pikiran saya. Mengapa saya bertanya seperti itu? Karena waktu saya kecil saya hanya mengenal sosok 25 nabi dan rasul. Saat saya mulai menekuni studi di sebuah kepondokan, saya mendengar dari salah satu guruku bahwa nabi dan rasul tidak hanya 25, tapi ada beberapa. Jika, nabi dan rasul  hanya segitu dan mayoritas mereka berdakwah di timur tengah, apakah di benua lain tidak terjamah dengan ajaran tauhid? Dari situlah saya mulai berpikir, tidak adillah jika Allah Swt–tuhan yang dikenal sebagai Al-‘Adilu tidak mengenalkan ajarannya secara merata. Hanya di timur tengah. Maka, saya mulai berpendapat bahwa di benua lainnya pasti terdapat utusan-utusan Allah SWT, yang mereka telah memiliki misi untuk menyebarkan tauhid.
Socrates dalam catatan sejarah ia adalah seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal dengan filsafat-filsafatnya, dan pemikiran filsafatnya kali ini pun masih dipakai oleh kebanyakan orang di dunia. Pemikiran filsafat Socrates turun menurun kepada anak-cucunya begitu pula kepada murid-muridnya, yang akhirnya, mereka memahaminya sebagai pemerbantu tujuan hidup. Salah satu muridnya yang mungkin kita kenal adalah Plato, ia juga termasuk filsuf Yunani yang semua pemikiran filsafatnya dari gurunya–Socrates. Nah, dari Plato ini pulalah ia akan mewariskan ilmunya kepada muridnya. Salah satu murid kesayangannya yaitu Aristoteles pula mengambil pemikiran filsafat dari Socrates.
Apakah kita mengetahui bahwa sistem pemerintahan demokrasi itu dari pemikiran siapa. Ia, demokrasi adalah pemikiran dari Aristoteles, ia menciptakan sistem demokrasi karena ia ingin mendapatkan keadilan yang setara antara  rakyat jelata maupun penguasa. Dengan demokrasi ini kita dapat mendiskusikan sebuah masalah dengan mudah tanpa ada simpang tindih yang membuat satu antara lainnya memiliki kebencian. Aristoteles pulalah berpendapat bahwa makhluk hidup itu asalnya dari benda mati yang akhirnya akan menjadi hidup. Pendapat ini dikenal engan generatio spontae yang artinya “makhluk hidup berasal dari benda mati” pendapat ini pun sesuai dengan ayat Al-Qur’an, yang artinya “maka sesungguhnya telah kami jadikan kamu dari tanah, kemudin dari setetes mani, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna agar kami jelaskan kepada kamu (QS. Al-Hajj ayat 05)”.
Dari ayat itu telah dejelaskan bahawa awal terbentuknya manusia itu berasal dari tanah, yang tak lain lagi adalah benda mati. Pembentukan tanah itu dimulai dari nenek moyang kita yaitu nabi Adam as., lalu diciptakanlah pasangan untuk hawa, untuk menemani kegelisahan Adam saat itu yang merasa kesepian. Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam yang diambil dari tubuh Adam ketika ia terlelap tidur. Saat Adam bangun dari tidurnya ia kaget disampingnya telah ada seorang yang tidak seperti dia (maksudnya dari fisiknya berbeda dengan Adam). Ia pun bingung, lalu Allah menjelaskan ke Adam siapa wanita itu? Untuk siapa diperuntukkan? Lalu Adam pun mulai terpikat dengan Hawa dari sinilah sejarah terlahirnya manusia.
Di sini saya tidak ingin membahas sebab kenapa Adam diturunkan kemuka bumi. Tetapi, saya hanya menjelaskan kebenaran bahwa pendapat Aristoteles hak. dari surat Al-Hajj ayat 05 menerangkan bahwa awal terciptanya manusia berasal dari benda mati, dan manusia pun dibilang makhluk hidup. Tumbuhan yang termasuk makhluk hidup pun berasal dari tanah (banda mati). Ini dapat kita buktikan ketika kita melihat lahan kosong yang disana tidak ditumbuhi tumbuhan sama sekali, lalu pada hari-hari berikutnya ataupun bertahun-tahun berikutnya kita akan tercengang ketika melihat lahan kosong itu sebenarnya tidak ditumbuhi sebuah tumbuhan sama sekali akhirnya disana terdapat tumbuhan, maupun itu rumput.
Plato juga telah dianggap oleh sebagian besar filsuf Islam sebagai bapak dari semua pemikiran, contohnya, Mulla Shadra yabg dianggap oleh sebagian orang sebagai tokoh yang mewujudkan puncak dari perkembangan filsafat islam. Nabi Muhammad SAW pun telah mengonfirmasikan kebenaran tentang Plato obahwa pemikirannya tidak terlalu melenceng kepada Al-Qur’an maupun dua tradisi (hadist rasulullah), di luar para pemikir Yunani, beberapa pemikir dan filsuf muslim juga telah percaya bahwa berbagai agama di luar agama-agama samawi yang disebut secara eksplisit dalam Al-qur’an sebagai agama-agama ahli kitab, di antara Yudaisme dan kristen. Mereka juga merupakan agama-agama yang didirikan oleh para nabi dan utusan-utusan Allah SWT. Islam pun menakui status khusus Yudaisme maupun kekristenan, karena pendiri mereka adalah nabi sekaligus utusan Allah, yaitu Musa AS dan Isa AS. Tapi sayangnya kedua agama samawi itu tidak ditemukan kebenaran ajarannya, karena telah diselewengkan dengan ajaran kitab yang aslinya. Mak dari itu, islam adalah agama yang ajarannya yang masih murni dan hak, karena dengan perjaaan ketat Allah SWT Al-Qur’an terjaga keasliannya.
socrates
Socrates adalah seorang filsuf dari Athena dari paruh abad ke-5 SM. Orang Athena banyak mengenal Socrates karena kebijakan Socrates dalm menegakkan keadilan yang sehinga mana ia pernah dijadikan seorang hakim hukum. Saat itu pula Socrates menyebar luaskan pemikiran-pemikiran filsafatnya melalui pemuda-pemudi yang akhirnya, mereka akan menjadi murid-muridnya. Buah hasil pemikiran-pemikiran socrates pada awalnya tidak ditulis tetapi ia hanya menyampaikan pemikirannya melalui dialonya dengan murid-muridnya, dan munculnya catatan dialog Socrates itu karena Plato yang menulisnya.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sendiri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato,Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Inilah yang membuat kepastian bahwa pemikiran Socrates berasal dari wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril. Jika kita telusuri makna dari seorang nabi adalah seseorang yan mendapatkan sebuah wahyu yang mana ia ditugaskan untuk menyebarkan wahyunya kepada semua umat. Jadi, bisa dikatakan pula jika Socrates adalah seorang nabiyullah (nabi Allah).
Bukti kedua bahwa Socrates kemungkinan adalah nabi itu dapat dilihat dari kabiasaannya yang wira’i, karena dari segi berpakaiannya yan sederhana dan tanpa memakai alas kaki, dan berkeliling ke kota Athena guna meyebarkan filsafatnya kepada semua orang yang ia temui. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Dalam sejarah ilmu pegetahuan bahwa Socrates terdapat hubungan baik dengan Hermes (nama latin dari nabi Idris AS), ilmu yang dimiliki oleh Hermes ia wariskan semua kepada Socrates, ilmuitu antara lain adalah filsafat, agama, mistisisme, ilmu pengetahuan,  maupun lain sebagainya, dipercaya memancar keluar dari sumber yang sama. Dan bagai orang yang beriman tentu ini ada kaitannya dengan kebijakan dan ilmu pengetahuan dari sang maha Esa atau sang pencipta alam semesta ini.
 Salah satu teori-teori yang membahas tentang siapa Hermes itu, dapat diringkas. Bahwa dalam mesir lama Hermes diyakini adalah Toth, dalam agama yahudi dikenal sebagai ukhnukh,houshang dalam tradisi Persia, dan nabi Idris dalam tradisi Islam. Itu adalah sekilas pengertian sedikit tentang Hermes, jadi dapat dikatakan pula bahwa semua ilmu dari Socrates berasal dari nabi Idris, nabiyullah.
Dalam pendapat lain Socrates, bahwa ia yakin kebaikan dan keburukan ada didalam diri kita. Jiwa kita pun jauh lebih penting bagi hidup kita dari pada tubuh atau keadaan-keadaan external lainnya. Kualitas jiwa kita jauh lebih ditentukan oleh sifat hidup kita, saat bernasib baik maupun buruk, dari pada apakah kita sehat atau sakit, kaya atau miskin. Menegnai sifat alami kebaikan–Socrates nampaknya menjujung tinggi sudut pandang paradoksal yang sangat ketat. Setiap kebaika sepenuhnya terdiri dari pengetahuan, tentang cara terbaik untukl bertindak di area kehidupan tertentu dan alasannya. Socrates tidak menganggap penting aspek-aspek tambahan seperti mendisiplinkan perasaan dan hasrat kita.
Pada usia ke-70 Socrates didakwa oleh raja Athena pada masa itu di hadapan pengadilan Athena dengan cara “tidak hormat”, karena menentang dewa-dewa yang saat itu banyak disembah oleh para penduduk Yunani, tidak hanya itu ia merusak olimpiade pemuda dengan terus-menerus mempertanyakan segala sesuatu tentang ketuhanan. Ia beranggapan politheihsme itu adalah ajaran yang salah, yang benar itu tuhan itu monotheishme, yaitu Allah SWT. Socrates memberikan pembelaan penuh tentang gairah hidup dan filsafatnya dalam Apologi Plato. Untuk kelompok-kelompok filsuf Yunani berbeda yang hidup belakangan, dia adalah teladan baik sebagai penanya yang skeptis yang tak pernah mengaku mengetahui kebenaran maupun sebagai seorang yang bijak, yang mengetahui seluruh kebenaran tentang kehidupan manusia dan kebaikan manusia. Akhirnya dalam keputusan raja Athena Socrates dipenjara dan akan dihukum mati secepatnya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilanYesus Kristus.          

sumber : Peradaban Atlantis Nusantara by Ahmad Yanuana Samantho